welcome my blog's

Jumat, 02 Maret 2012

Memahami Teori Komunikasi, Pendekatan, Pengertian, Kerangka teori analisis dan perspektif

  • Pemahaman Konseptual : Pendekatan Dan Pengertian .
     Komunikasi intrapribadi atau Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri antara self dengan God. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek.

     Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan sehari-hari dalam upaya memahami diri pribadi diantaranya adalah: berdo'a, bersyukur, instrospeksi diri dengan meninjau perbuatan kita dan reaksi hati nurani kita, mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi secara kreatif .
Pemahaman diri pribadi ini berkembang sejalan dengan perubahan perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Kita tidak terlahir dengan pemahaman akan siapa diri kita, tetapi prilaku kita selama ini memainkan peranan penting bagaimana kita membangun pemahaman diri pribadi ini.

Kesadaran pribadi (self awareness) memiliki beberapa elemen yang mengacu pada identitas spesifik dari individu (Fisher 1987:134). Elemen dari kesadaran diri adalah konsep diri, proses menghargai diri sendiri (self esteem), dan identitas diri kita yang berbeda beda (multiple selves).
  
Pendekatan-pendekatan dalam keilmuan
 
Menurut Littlejohn dalam buku Theories of Human Communications, 1989 , Pendekatan-pendekatan keilmuan dalam masyarakat ilmiah menurut cara pandang serta objek pokok pengamatannya, dapat dibagi dalam 3 (tiga) kelompok atau aliran pendekatan, yaitu:
   
     1. Pendekatan SCIENTIFIC (ilmiah empiris) .
Pendekatan ini menekankan pentingnya objektivitas yang didasarkan atas standarisasi observasi dan konsistensi yang lazim dipergunakan dalam ilmu-ilmu eksakta (fisika, biologi, kedokteran, matematika, dll). Landasan filosofisnya adalah bahwa dunia ini pada dasarnya mempunyai bentuk dan struktur. Metode dengan penelitian yg sama akan menghasilkan temuan yg sama, ini merupakan hakikat
dari objektivitas dalam konteks standarisasi observasi dan konsistensi. Kelompok ini juga membuat pemisahan yang tegas antara know (objek atau hal yang ingin diketahui dan diteliti) dan knower (subjek pelaku atau pengamat). Metode yg lazim dilakukan adalah eksperimen (peneliti secara sengaja melakukan percobaan terhadap objek yg ditelitinya) yang tujuan penelitiannya diarahkan pada upaya mengukur ada tidaknya pengaruh atau hubungan sebab akibat diantara dua variable atau lebih dengan mengontrol pengaruh dari variable lain.


     2. Pendekatan HUMANISTIC (humaniora interpretatif) .
Pendekatan ini mengasosiasikan ilmu dengan prinsip “subjektivitas” yang lazim dipergunakan dalam ilmu-ilmu yang mempelajari sejarah, kebudayaan, sistem nilai, keseniandan pengalaman pribadi. Ilmu menurut kelompok ini merupakan suatu hasil interpretasi subjektif yang berada dalam diri peneliti (in here).
Menurut aliran ini, pihak peneliti (knower) tidak bleh memisahkan diri dari objek yang ditelitinya (known). Metode yg lazim digunakan adalah partisipasi observasi (si peneliti membaur dan melibatkan diri secara aktif dalam kehidupan dari orang-orang yg ditelitinya dalam mengamati sikap dan perilaku dari orang-orang yg
ditelitinya tsb.—misal: bergaul).

Perbedaan pendekatan Humanistic dengan Scientific:

- Pendekatan SCIENTIFIC
Ilmu bertujuan utk menstandarisasikan observasi. Tujuan ilmu adalah mengurangi perbedaanperbedaan pandangan tentang hasil
pengamatan. Ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang berada disana (out there), di luar diri pengamat/peneliti. Perhatian difokuskan pada dunia hasil penemuan (discovered world). Berupaya memperoleh “consensus”. Membuat pemisahan yang tegas antara known dan knower.


- Pendekatan HUMANISTIC
Mengutamakan kreatifitas individual. Ilmu bertujuan untuk memahami tanggapan dan hasil subjectif individual. Ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang berada disini (in here), yaitu dalam diri (pemikiran, interpretasi) pengamat/peneliti. Perhatian dititikberatkan pada dunia para penemunya (discovering person).
mengutamakan interpretasi-interpretasi alternative. Cenderung tidak memisahkan antara kedua hal tsb.

     3. Pendekatan SOCIAL SCIENCES (ilmu-ilmu sosial) .
Pendekatan ini merupakan kombinasi antara pendekatan Scientific dan Humanistic yang diterapkan dalam ilmu pengetahuan sosial termasuk ilmu komunikasi yang lazim diterapkan untuk mengkaji persoalan yang menyangkut sistem nilai, kesenian, kebudayan sejaran dan pengalaman pribadi, yang terbagi menjadi:
a. ilmu pengetahuan tingkah laku (behavioral science), menekankan
pengkajian pada tingkah laku individual manusia
b. ilmu pengetahuan sosial (social science), menekankan kajian pada interaksi antar manusia.
  • Teori Komunikasi
Ilmu komunikasi (Berger dan Chaffee dalam bukuHandbook of Communication Science, 1987), adalah pengetahuan tentang peristiwa komunikasi yang diperoleh melalui suatu penelitian tentang sistem, proses dan pengaruhnya yang dilakukan secara rasional dan sistematik, serta kebenarannya dapat diuji dan digeneralisasikan. Ciri-ciri:
1. Ilmu
harus merupakan suatu pengetahuan yg disandarkan pd logika .
2. Ilmu hrs teroganisasikan secara sitematik .
3. Ilmu hrs berlaku umum .

- Teori komunikasi menunjuk pada konseptualisasi atau penjelasan logis mengenai fenomena peristiwa komunikasi dalam kehidupan manusia. Ciri-ciri: (1) abstraksi, sifatnya terbatas (2) semua teori adalah konstruksi ciptaan individual manusia.
- Menurut (Littlejohn, 1987): Penjelasan dalam teori didasarkan atas 3 (tiga) prinsip keperluan—theprinciple of necessity, yaitu suatu penjelasan yang menerangkan variable2 apa yang kemungkinan diperlukan untuk menghasilkan sesuatu:
1. keperluan kausal, berdasarkan asas hubungan sebab akibat.
2. keperluan praktis, menunjuk pada kondisi hubungan tindakan- konsekuensi.
3. keperluan logis, berdasarkan asas konsistensi logis.
 

-Berdasarkan fokusnya, penjelasan dalam teori terdiri atas dua kategori:
1. Person centered, penjelasan yg memfokuskan pd orang/pelaku menunjuk pd faktor2 internal yg ada dalam diri seseorang (pelaku).
2. Situation centered, penjelasan yg memfokuskan pada situasi menunjuk pd faktor2 eksternal.
-Sifat dan tujuan teori menurut Abraham Kaplan (1964): bukan semata utk menemukan fakta yg tersembunyi, tapi juga suatu cara utk melihat fakta, mengorganisasikan serta mempresentasikan fakta tsb.

(Littlejohn): Secara umum teori punya 9 fungsi:
1. mengorganisasikan dan menyimpulkan .Bahwa dalam mengamati realitas, tidak boleh dilakukan sepotong2. Pola dan hubungan hrs dpt dicari dan ditemukan dimana pengetahuan kita ttg hal tsb kemudian diorganisasikan dan disimpulkan yg hasilnya berupa teori yg dpt dipakai sebagai rujukan dikemudian hari. Contoh: studi kasus.
2. memfokuskan .Hal atau aspek dari suatu objek yg diamati harus jelas fokusnya.
3. menjelaskan .Teori hrs mampu membuat suatu penjelasan ttg hal yg diamatinya, bukan saja utk memahami pola, hubungan tp juga menginterpretasikan peristiwa tertentu.

4. mengamati . Teori tdk saja menjelaskan ttg apa yg sebaiknya diamati tp juga memberikan petunjuk bgmana cara mengamatinya, artinya ada konsep operasional yg bisa dijadikan patokan.
5. membuat prediksi
6. heuristic .
Teori yg diciptakan dpt merangsang timbulnya upaya penelitian selantjutnya, jadi
konsep hrs jelas utk dijadikan pegangan.
7. komunikasi .Teori hrs dpt dipublikasikan, didiskusikan dan terbuka thd kritikan utk penyempurnaan.
8. control/mengawasi .Teori dapat berfungsi sbg sarana pengendali atai pengontrol tingkah laku kehidupan manusia.
9. generatif  .Teori berfungsi sebagai sarana perubahan sosial dan cultural serta sarana untuk menciptakan pola dan kehidupan yg baru.

  • Empat Perspektif dalam Ilmu Komunikasi .
Dilihat dari metode dan logika penjelasannya, terdapat 4 (empat) perspektif yang mendasari pengembangan teori komunikasi.
 
   1. Covering laws (hukum) .
Berlandaskan pada prinsip “sebab-akibat”, atau hubungan kausal yg diperkenalkan oleh Dray, dimana asas dasarnya: (1) teori berisikan penjelasan yg berlaku umum (2) penjelasan teori berdasarkan analisis keberaturan.
Penjelasan covering laws menurut Hempel:
1. Deductive-Nomological, yg terbagi (a) objek penjelasan (b) subjek penjelasan.
2. Deductive-Statistical, hukum ini mendasar pd kemungkinan dalam statistic dimana objek penjelasan hrs didukung oleh hukum statistic sbg bagian dari subjek penjelasan.
3. Inductive-Statistical, hukum ini jg mendasar pd prinsip probabilitas dalam statistic dimana subjek penjelasan dijadikan pendukung induktif utk menerangkan objek penjelasan.
Keterbatasan Covering Laws, dalam konteks ilmu sosial:
1. Keberlakuan prinsip universalitas bersifat relative.
2. Formula statistic sulit diterapkan dalam mengamati tingkah laku manusia yg pd dasarnya suka berubah2 dan sulit diterka.
3. Manusia dalam kehidupannya jg terikat oleh ikatan2 kultur spesifik.
4. Kehidupan manusia penuh keragaman dan kompleks.
5. Sifat kehidupan manusia bisa berubah2.
6. Analisis covering laws terlalu statistic, belum tentu sesuai realitas.
 
  2. Rules (aturan) theories.
Berlandaskan prinsip praktis bhw manusia aktif memilih dan mengubah aturan yg menyangkut kehidupannya.
Ciri2: (1) merefleksikan fungsi2 perilaku dan kognitif yg kompleks dari kehidupan manusia. (2) aturan menunjukkan sifat2 keberaturan yg berbeda dari sebab akibat.

Tujuh kelompok pemikiran Teori Aturan:
1. Fokus pd pengamatan tingkah laku sebagai aturan
2. Mengamati tingkah laku yg menjadi kebiasaan.
3. Aturan yg menentukan tingkah laku
4. Mengamati aturan yg menyesuaikan diri dg tingkah laku
5. Fokus pd aturan yg menerapkan tingkah laku
7. Memperhatikan tingkah laku yg merefleksikan aturan.

Penerapan Teori Aturan dalam Komunikasi Antarpribadi:
1. Tindakan2 yg bersifat gabungan, kombinasi dan asosiasi merupakan ciri2perilaku manusia.
2. Tindakan2 diatas disampaikan melalui pertukaran informasi simbolis.
3. Penyampaian informasi simbolis menuntut adanya interaksi antar sumber,pesan, dan penerima sesuai aturan komunikasi yg disepakati.
4. Aturan2 komunikasi ini mencakup pola2 umum dan khusus.
3. Systems theories (teori sistem).

Perpektif ini mempunyai ciri:
1. sistem adalah suatu keseluruhan yg terdiri atas bagian/unsur dg karakteristik masing2.
2. sistem berada secara tetap dalam lingkungan yang berubah.
3. sistem hadir sbg reaksi atas lingkungan.
4. sistem merupakan koordinasi dan hierarki.
 
Sumber : SKOM4204 – TEORI KOMUNIKASI | Sri Purwaningsih (014859099) 

Rabu, 30 November 2011

PRINSIP DASAR KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

Karakteristik Sumber


Sumber merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan komunikasi. Dalam hal ini, ada 3 (tiga) karakteristik sumber yang perlu diperhatikan yaitu:
a.         Credibility (kredibilitas)
Menunjuk pada suatu kondisi di mana si sumber dinilai mempunyai pengetahuan, keahlian, atau pengalaman yang relevan dengan topik pesan yang disampaikannya, sehingga pihak penerima menjadi percaya bahwa pesan yang disampaikannya itu bersifat objektif.
b.        Attractiveness (daya tarik)
Apabila sumber dinilai “menarik” oleh penerima, maka upaya meyakinkan dan persuasi akan lebih cepat berhasil karena adanya proses identifikasi dalam diri pihak penerima.
c.         Power (kekuasaan/kekuatan)
Secara umum dapat terjadi dalam empat cara, diantaranya kharisma, wibawa otoritas, kompetensi atau keahlian, compliance atau pemenuhan.
Dengan demikian dari segi sumber keberhasilan komunikasi ditentukan oleh kredibilitas, daya tarik, serta kekuatan/kekuasaannya untuk mempengaruhi pihak penerima.
                                           
Bentuk dan Teknik Perjanjian Pesan
Bentuk dan teknik penyajian pesan pada dasarnya mencakup 2 (dua) aspek: struktur dan daya tarik (appeals). Struktur pesan menunjuk pada cara mengorganisasikan elemen-elemen pokok dari pesan. Cara pengaturan struktur pesan mencakup 3 (tiga) hal:
1.        Sisi pesan (Message sidedness)
Pesan dapat di susun secara satu sisi (one sided) atau dua sisi (two sided).  Penyusunan yang satu sisi memberikan penekanan hanya pada posisi kepentingan pihak pengirim pesan. Biasanya yang ditonjolkan hanya hal-hal yang menyangkut kekuatan/kelebihan atau aspek positif dari suatu ide atau produk yang akan dikomunikasikan. Sementara pada penyusunan pesan yang bersifat dua sisi (two sided), disamping segi kekuatan dan aspek positif hal-hal yang merupakan kekurangan/kelemahan atau aspek-aspek negative dari suatu ide atau produk yang akan dikomunikasikan  juga ditampilkan.
2.        Urutan Penyajian (Order of presentation)
Climax versus anti climax order berkaitan dengan teknik penyajian pesan yang bersifat satu sisi (one sided). Model climax order menunjuk pada cara penyusunan pesan, dimana argument terpenting/terkuat dari isi pesan ditempatkan pada bagian akhir. Jika argument tersebut ditempatkan pada bagian awal, disebut sebagai anti climax order, semenjtara jika ditempatkan di tengah-tengah disebut sebagai pyramidal order. Recency and primacy model berkaitan dengan penyajian pesan yang bersifat dua sisi (two sided). Primacy model menunjuk pada teknik penyajian atau penyusunan pesan di mana spek-aspek positif kekuatan dari ide satu produk ditempatkan pada bagian awal, jika aspek-aspek positif/kekuatan dari ide atau produk tersebut ditempatkan di bagian akhir disebut recency model.
3.        Penarikan kesimpulan (Drawing a conclusion)
Penarikan kesimpulan atas isi penjelasan tentang suatu ide atau produk yang dikomunikasikan dapat dilakukan secara langsung dan jelas (eksplisit) dalam arti bahwa dapat juga dilakukan secara tidak langsung (implisit) dalam arti bahwa penarikan kesimpulan diserahkan kepada pihak khalayak sendiri.

Sementara itu, ada 4 (empat) pendekatan yang dapat dipergunakan agar penyajian pesan menarik perhatian khalayak. Keempat pendekatan tersebut adalah: fear appeals, Rational appeals, emotional appeals, dan pendekatan humoris.

Karakteristik Saluran Komunikasi
Terdapat tiga saluran komunikasi yang dapat dipergunakan dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat: saluran komunikasi personal, media massa dan media tradisional. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Kombinasi penggunaan dari ketiga saluran komunikasi tersebut akan menghasilkan dampak yang lebih optimal.
Pemilihan satu atau beberapa media sebaiknya didasarkan atas 2 (dua) pertimbangan. Pertama, pertimbangan yang menyangkut karakteristik media. Kedua, pertimbangan yang menyangkut karakteristik isi dan penyajian pesan yang akan disampaikan (karakteristik kreatif).

 Karakteristik Khalayak
Khalayak (audience), juga merupakan faktor penentu keberhasilan komunikasi. Karena, bagi komunikasi tentunya patokan keberhasilan upaya komunikasi yang di lakukan itu merupakan pesan-pesan yang disampaikan melalui suatu saluran medium dapat diterima/sampai ke khalayak sasaran, dipahami dan mendapatkan tanggapan positif, dalam arti sesuai dengan harapan"si komunikator. Khalayak bukanlah merupakan sekumpulan dari individu-individu yang bersikap dan bertindak “pasif”. Mereka aktif dan juga selektif. Terhadap isi pesan yang sama, boleh jadi akan terdapat perbedaan-perbedaan di kalangan khalayak mengenai perhatian, pemahaman, tanggapan serta tindakan yang timbul. Dalam hal ini Schramm (1974) menyatakan dengan tegas bahwa seorang perancang komunikasi yang baik tidak akan memulai upayanya dari "apa yang harus dikatakan", “saluran apa yang akan dipergunakan”, atau "bagaimana cara mengatakannya", melainkan terlebih dahulu mempertanyakan "Siapa yang akan menjadi saluran penyampaian pesan". Dalam proses komunikasi massa (komunikasi melalui media massa) irmplikasi dari pernyataan Schramm tersebut bahwa sebelum komunikasi mempengaruhi khalayak melalui pesan-pesan yang disebarluaskannya, khalayak telah terlebih dahulu mempengaruhi komunikator. Komunikator akan berubah mengumpulkan data dan informasi mengenai karakteristik dari para warga khalayak yang akan dijadikan sasarannya. Atas dasar hal-hal inilah baru komunikator. Komunikator akan berusaha menyimpulkan data dan informasi mengenai karakteristik dari para warga khalayak yang akan dijadikan sasarannya. Atas dasar hal-hal inilah baru komunikator akan dapat menentukan "apa" yang akan disampaikan dan "bagaimana" cara menyampaikannya.
Sumber: Pengantar Ilmu Komunikasi, Sasa Djuarsa Sendjaja



http://cai.elearning.gunadarma.ac.id/webbasedmedia

Senin, 21 November 2011

BAB VIII. KOMUNIKASI DAN BUDAYA

A. PERANAN KEBUDAYAAN DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Peranan Kebudayaan Bagi Manusia

Pada dasarnya manusia yang lahir dan berkembang mengikuti dan mencontoh nilai-nilai yang berada di lingkunganya, hal ini tidak terlepas dari peranan wilayah sekitar yang memberikan contoh dalam perkembangan pada setiap manusianya. Budaya memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan manusianya, sebagai contoh, setiap manusia memiliki naluri dan kemampuan menyerap apa yang menjadi contoh di kehidupanya, di ibaratkan sebuah balon gas berwarna warni yang dapat terbang di udara, kita melihat balon itu dapat terbang bukan berdasarkan warnanya, namun yang menjadi intinya adalah isi dari balon tersebut. Dari beberapa panjabaran diatas ada beberapa sedikit kesimpulan yang di ambil tentang makna kebudayaan, dimana kebudayaan sangat berperan penting dalam setiap kehidupan manusia sebagai landasan berfikir dan bertindak.
  Dengan memaknai dan mengamalkan arti dari kebudayaan kita dapat menyimpulkan bahwasanya kebudayaan sebagai landasan dasar manusia untuk berkembang dan bertindak di dalam kehidupan. Jika kita mengutip perkataan dari beberapa tokoh seperti yang di utarakan Mohamad Hatta tentang kebudayaan, dimana kebudayaan selalu berkaitan dengan hal-hal yang bersifat baik, jadi kebudayaan menurut Hatta sendiri adalah suatu hal yang lebih ditekankan pada hal yang baik dan tidak terkesan negative. Sebagai contoh seorang mahasiswa yang belajar ilmu matematika dan kemudian dalam pengamalanya ilmu tersebut di gunakan bukan untuk hal yang bersifat negative namun ilmu tersebut di gunakan untuk membangun kehidupan sesama manusianya.
   Proses humanisasi adalah hal yang harus ditekankan dalam kehidupan bermasyarakat, ketika manusia bisa memanusikan sesamanya, hal ini jelas sangat penting di tekankan di kehidupan kita. Pengaruh globalisasi yang terbentuk dalam ruang-ruang yang lebih sempit (glokalisasi) yang diutarakan Ritzer, sangatlah mengusik tatanan budaya pada masyarakat lokalnya. Cepatnya arus informasi, teknologi dan perputaran barang pada satu waktu yang bersamaan dapat memberikan kemudahan bagi manusianya, namun disisi lain hal ini sangat berpengaruh terhadap tatanan budaya lokalnya. Tatanan nilai-nilai lokal harus di pelihara sedemikian baik sehingga masyarakat dapat memfilter segala bentuk hal yang dapat merusak tatanan budaya masyarakat lokalnya.
               Berkaca pada kondisi sekarang ini, begitu banyak kejadian yang mengusik hati kita, seperti ketika manusia tidak dapat menjaga sesamanya, kemiskinan yang tidak dapat di tuntaskan. Hal ini tidak terlepas dari rusaknya dan tidak berfungsinya manusia dalam mengamalkan makna kebudayaan yang sebenarnya. Budaya adalah sebagai dasar yang membentuk setiap prilaku manusianya, jika budaya yang bersifat baik dapat diamalkan maka tatanan kemanusiaan akan terjaga dengan baik, namun jika budaya sudah tidak bias lagi di pahami dan dimaknai dan terkesan terusak dan terabaikan maka akan timbul hal yang sebaliknya.


B. PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP KOMUNIKASI


Samovar (1981: 38-46) membagi berbagai aspek kebudayaan ke dalam tiga pembagian besar unsure-unsur social budaya yang secara langsung sangat mempengaruhi penciptaan makna untuk persepsi, yang selanjutnya menentukan tingkah laku komunikasi. Pengaruh-pengaruh terhadap komunikasi ini sangat beragam dan mencakup semua segi kegiatan sosial manusia.

1.Sistem Keyakinan, Nilai dan Sikap Keyakinan
Keyakinan secara umum diartikan sebagai perkiraan secara subjektif bahwa sesuatu objek atau peristiwa ada hubungannya dengan objek atau peristiwa lain, atau dengan nilai, konsep, atribut tertentu. Singkatnya, suatu objek atau peristiwa diyakini memiliki karakteristik-karakteristik tertentu. Keyakinan ini mempunyai derajat kedalaman atau intensitas tertentu.
2. Nilai
Nilai atau nilai-nilai merupakan aspek evaluatif dari system keyakinan, nilai, dan sikap. Dimensi-dimensi evaluatif mencakup kualitas-kualitas seperti kegunaan, kebaikan, estetika, kemampuan memuaskan kebutuhan dan pemberian kepuasan. Walaupun nilai-nilai bisa bersifat unik dan individual, tetapi ada pula yang sudah cenderung merasuk dalam suatu kebudayaan, yakni yang disebut nilai-nilai kebudayaan.
3. Sistem Sikap

Kepercayaan atau keyakinan serta nilai-nilai melandasi perkembangan dan isi dari system sikap. Secara formal, sikap dirumuskan sebagai kecenderungan yang dipelajari untuk memberikan respons (tanggapan) secara konsisten terhadap objek orientasi tertentu. Sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu:
(1) Komponen kognisi atau keyakinan,
(2) Komponen evaluasi, dan (3) Komponen intensitas atau harapan. Intensitas dari sikap berlandaskan pada derajat penyaluran akan kebenaran dari sikap keyakinan dan evaluasi.
4. pandangan hidup tentang dunia
pandangan hidup merupakan orientasi suatu kebudayaan terhadap hal-hal seperti manusia, alam semesta dan masalah-masalah filsafat lainnya yang berkaitan dengan konsep keberadaan (being). Singkatnya, pandangan hidup membantu kita untuk menentukan tempat dan tingkat kita sendiri dalam alam semesta ini.
C. KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN PEMAKAIANNYA


Yang dimaksudkan dengan komunikasi antarbudaya komunikasi antara orang-orang yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda-beda. Perbedaan budaya tersebut dapat mulai dari tingkat individu, kelompok sosial, etnis/ras, negara, hingga dunia. Dalam komunikasi antarbudaya dikenal pula interaksi antara kebudayaan dominan dan kebudayaan sub ordinat.
Perbedaan budaya dapat menimbulkan konflik. Untuk masa kini komunikasi antarbudaya telah menjadi pusat perhatian orang, baik sebagai individu, domestik, maupun internasional. Komunikasi antarbudaya juga penting dalam melaksanakan difusi inovasi.


sumber : buku pengantar ilmu komunikasi , http://alayyubi23.blogspot.com/2011/04/belajar-komunikasi-2.html


http://cai.elearning.gunadarma.ac.id/webbasedmedia